hubungan antara penguasaan materi dengan kemampuan mengajar
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Perkembangan dunia saat ini semakin menunjukkan kemajuan yang pesat dalam hampir segala bidang dan salah satu contoh yang utama adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Banyak penemuan baru diciptakan oleh para ilmuwan di berbagai sudut dunia yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan, kesenangan, dan kebahagiaan umat manusia. Para ilmuwan tersebut berupaya menciptakan kemajuan dalam bidangnya masing-masing ke arah yang lebih maju dan modern. Perubahan kemajuan itu menerpa semua sudut kehidupan di muka bumi ini, perubahan inilah yang dikatakan perubahan globalisasi.
Perubahan globalisasi tersebut membawa dampak ganda, disatu sisi membuka kesempatan kerja sama yang seluas-luasnya antar negara, namun disisi lain membawa persaingan yang semakin tajam dan ketat. Oleh karena itu tantangan utama dalam perubahan globalisasi adalah daya saing dan keunggulan kompetitif di semua sektor industri dan sektor jasa dengan mengandalkan kemampuan sumber daya manusia (SDM), teknologi dan manajemen.
Dari ketiga faktor tersebut, kemampuan SDM yang pada akhirnya menentukan kemenangan bersaing karena SDM merupakan sumber daya yang aktif, sumber keunggulan kompetitif yang dapat diperbarui dan dikembangkan melalui mutunya dalam bekerja. Bahkan menurut Robert J. Eaton dalam Schuler (1997:4) kendala terbesar yang dihadapi perusahaan dalam menghadapi globalisasi adalah terbatasnya SDMSDM menurut Suit (1996:35) adalah kekuatan daya pikir dan berkarya manusia yang masih tersimpan dalam dirinya yang perlu dibina dan digali serta dikembangkan untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi kesejahteraan kehidupan manusia.
Peningkatan SDM dapat dicapai melalui latihan dan pendidikan serta penguasaan ilmu dan teknologi melalui bangku pendidikan, disamping itu sikap mental yang baik juga penting untuk menggali sumber dayanya.
Selama ini SDM Indonesia sulit bersaing dan berkompetensi dalam hal etos kerja, disiplin kerja, tanggung jawab, penguasaan ketrampilan, kemampuan berbahasa asing dan standar kompetensi. Hal ini terlihat dari beberapa laporan lembaga internasional yang berkaitan dengan tingkat daya saing sumber daya manusia Indonesia dengan negara-negara lain menunjukkan fakta yang kurang menggembirakan. Seperti yang terungkap dalam catatan Human Development Report (HDR) tahun 2000 versi UNDP, peringkat Human Development Index (HDI) atau kualitas sumber daya manusia Indonesia berada diurutan 105 dari 108 negara. Indonesia berada jauh di bawah Filipina (77), Thailand, (76) Malaysia (61), Brunei Darussalam (32), Korea Selatan (30) dan Singapura (24). Organisasi Internasional lainnya juga menguatkan hal itu, yaitu International Educational Achievement (IEA) melaporkan bahwa kemampuan membaca anak-anak SD di Indonesia berada diurutan 38 dari 39 negara yang disurvei
Berdasarkan fakta di atas, maka mempersiapkan SDM berkeunggulan dan bermutu tinggi merupakan tugas yang teramat penting di era globalisasi, peran pendidikan sangat diperlukan, bahkan merupakan kunci utama keberhasilan pembangunan bangsa. Hal ini dikuatkan oleh Hadiyanto (2004:29) bahwa pendidikan pada dasarnya merupakan sarana strategis untuk meningkatkan potensi bangsa agar mampu berkiprah dalam tataran yang lebih global. Selanjutnya Hanson dan Brembeck dalam Hadiyanto (2004:27) menyatakan bahwa pendidikan perlu dimantapkan, sehingga dapat difungsikan sebagai penelitian, menemukan dan memupuk bakat, meningkatkan kemampuan manusia untuk menyesuaikan dan mengubah kesempatan kerja dalam rangka pertumbuhan ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan ketrampilan dan ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk masa yang akan datang.
SekolahMenengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu lembaga pendidikan yang mempunyai misi mempersiapkan SDM tingkat menengah harus bisa mempersiapkan tamatan yang harus dihadapkan pada era globalisasi. Selama ini mutu tamatan SMK hanya diakui oleh sekolah sendiri dan masih minim kepercayaan dunia usaha dan dunia industri. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Sidi (2001:111) kelemahan pendidikan kejuruan model lama yaitu, Pertama dilihat dari segi konsep penerapan pendidikan model konvensional memiliki kelemahan-kelemahan yaitu penerapan pendekatan “supply-driven”, dimana totalitas penyelenggaraan pendidikan kejuruan dilakukan secara sepihak hanya oleh Depdiknas; penerapan “School-based model” telah membuat anak didik tertinggal oleh kemajuan dunia usaha/industri; pengajaran berbasis mata pelajaran telah membuat peserta didik tidak jelas kompetensi yang dicapainya; pendidikan kejuruan
Perkembangan dunia saat ini semakin menunjukkan kemajuan yang pesat dalam hampir segala bidang dan salah satu contoh yang utama adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Banyak penemuan baru diciptakan oleh para ilmuwan di berbagai sudut dunia yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan, kesenangan, dan kebahagiaan umat manusia. Para ilmuwan tersebut berupaya menciptakan kemajuan dalam bidangnya masing-masing ke arah yang lebih maju dan modern. Perubahan kemajuan itu menerpa semua sudut kehidupan di muka bumi ini, perubahan inilah yang dikatakan perubahan globalisasi.
Perubahan globalisasi tersebut membawa dampak ganda, disatu sisi membuka kesempatan kerja sama yang seluas-luasnya antar negara, namun disisi lain membawa persaingan yang semakin tajam dan ketat. Oleh karena itu tantangan utama dalam perubahan globalisasi adalah daya saing dan keunggulan kompetitif di semua sektor industri dan sektor jasa dengan mengandalkan kemampuan sumber daya manusia (SDM), teknologi dan manajemen.
Dari ketiga faktor tersebut, kemampuan SDM yang pada akhirnya menentukan kemenangan bersaing karena SDM merupakan sumber daya yang aktif, sumber keunggulan kompetitif yang dapat diperbarui dan dikembangkan melalui mutunya dalam bekerja. Bahkan menurut Robert J. Eaton dalam Schuler (1997:4) kendala terbesar yang dihadapi perusahaan dalam menghadapi globalisasi adalah terbatasnya SDMSDM menurut Suit (1996:35) adalah kekuatan daya pikir dan berkarya manusia yang masih tersimpan dalam dirinya yang perlu dibina dan digali serta dikembangkan untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi kesejahteraan kehidupan manusia.
Peningkatan SDM dapat dicapai melalui latihan dan pendidikan serta penguasaan ilmu dan teknologi melalui bangku pendidikan, disamping itu sikap mental yang baik juga penting untuk menggali sumber dayanya.
Selama ini SDM Indonesia sulit bersaing dan berkompetensi dalam hal etos kerja, disiplin kerja, tanggung jawab, penguasaan ketrampilan, kemampuan berbahasa asing dan standar kompetensi. Hal ini terlihat dari beberapa laporan lembaga internasional yang berkaitan dengan tingkat daya saing sumber daya manusia Indonesia dengan negara-negara lain menunjukkan fakta yang kurang menggembirakan. Seperti yang terungkap dalam catatan Human Development Report (HDR) tahun 2000 versi UNDP, peringkat Human Development Index (HDI) atau kualitas sumber daya manusia Indonesia berada diurutan 105 dari 108 negara. Indonesia berada jauh di bawah Filipina (77), Thailand, (76) Malaysia (61), Brunei Darussalam (32), Korea Selatan (30) dan Singapura (24). Organisasi Internasional lainnya juga menguatkan hal itu, yaitu International Educational Achievement (IEA) melaporkan bahwa kemampuan membaca anak-anak SD di Indonesia berada diurutan 38 dari 39 negara yang disurvei
Berdasarkan fakta di atas, maka mempersiapkan SDM berkeunggulan dan bermutu tinggi merupakan tugas yang teramat penting di era globalisasi, peran pendidikan sangat diperlukan, bahkan merupakan kunci utama keberhasilan pembangunan bangsa. Hal ini dikuatkan oleh Hadiyanto (2004:29) bahwa pendidikan pada dasarnya merupakan sarana strategis untuk meningkatkan potensi bangsa agar mampu berkiprah dalam tataran yang lebih global. Selanjutnya Hanson dan Brembeck dalam Hadiyanto (2004:27) menyatakan bahwa pendidikan perlu dimantapkan, sehingga dapat difungsikan sebagai penelitian, menemukan dan memupuk bakat, meningkatkan kemampuan manusia untuk menyesuaikan dan mengubah kesempatan kerja dalam rangka pertumbuhan ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan ketrampilan dan ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk masa yang akan datang.
SekolahMenengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu lembaga pendidikan yang mempunyai misi mempersiapkan SDM tingkat menengah harus bisa mempersiapkan tamatan yang harus dihadapkan pada era globalisasi. Selama ini mutu tamatan SMK hanya diakui oleh sekolah sendiri dan masih minim kepercayaan dunia usaha dan dunia industri. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Sidi (2001:111) kelemahan pendidikan kejuruan model lama yaitu, Pertama dilihat dari segi konsep penerapan pendidikan model konvensional memiliki kelemahan-kelemahan yaitu penerapan pendekatan “supply-driven”, dimana totalitas penyelenggaraan pendidikan kejuruan dilakukan secara sepihak hanya oleh Depdiknas; penerapan “School-based model” telah membuat anak didik tertinggal oleh kemajuan dunia usaha/industri; pengajaran berbasis mata pelajaran telah membuat peserta didik tidak jelas kompetensi yang dicapainya; pendidikan kejuruan
model berbasis sekolah kurang luwes
(kaku); tidak mengakui keahlian yang diperoleh dari luar sekolah; pendidikan
kejuruan hanya menyiapkan tamatan untuk bekerja di sektor formal; pendidikan
kejuruan merupakan “deed-end career”
(terminal); kurang adanya integrasi antara pendidikan dan pelatihan kejuruan;
guru kejuruan tidak memiliki pengalaman kerja industri; pengelolaan pendidikan
kejuruan terlalu sentralistik; dan
pembiayaan sepenuhnya ditanggung pemerintah (SMK Negeri) dan sepenuhnya oleh
siswa (SMK Swasta). Kedua, dilihat dari segi praktek, pendidikan kejuruan model
lama memiliki banyak kelemahan yaitu kurang mempersiapkan siswanya untuk
memasuki lapangan kerja, tidak efisien, kurang mampu menjaga relevansi dengan
perubahan pasar kerja, kurang mutakhir sukar berubah atau konservatif.
Tamatan SMK sering dikritik kurang mampu mengikuti perubahan karena mereka kurang dibekali ketrampilan dasar; ketrampilan berfikir, dan kualitas kalbu. Ketiga, dilihat dari segi sistem, pendidikan yang berlaku di sekolah kejuruan model lama kurang sesuai dengan tuntutan dunia usaha/industri. Perbedaan yang mendasar antara dunia sekolah dengan dunia usaha/industri ini tidak harus terjadi sekiranya dunia usaha/industri diikutsertakan secara aktif dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan. Keempat, dilihat dari tradisi banyak kebiasaan salah yang dilakukan terus menerus oleh guru tanpa ada kesadaran bahwa yang dilakukan itu sebenarnya salah. Kebiasaan salah tersebut menurut Sidi (2001:112) adalah pelajaran praktek dasar tidak diajarkan sesuai prinsip dasar yang benar, membiarkan siswa menghasilkan mutu hasil kerja asal jadi, membiarkan siswa bekerja tanpa bimbingan dan pengawasan, dan membiarkan siswa bekerja tanpa memperhatikan keselamatan kerja.
untuk lebih lengkapnya/selanjutnya hubungi saya di kontak yang ada di atas sebab berhubung banyak .Tamatan SMK sering dikritik kurang mampu mengikuti perubahan karena mereka kurang dibekali ketrampilan dasar; ketrampilan berfikir, dan kualitas kalbu. Ketiga, dilihat dari segi sistem, pendidikan yang berlaku di sekolah kejuruan model lama kurang sesuai dengan tuntutan dunia usaha/industri. Perbedaan yang mendasar antara dunia sekolah dengan dunia usaha/industri ini tidak harus terjadi sekiranya dunia usaha/industri diikutsertakan secara aktif dalam penyelenggaraan pendidikan kejuruan. Keempat, dilihat dari tradisi banyak kebiasaan salah yang dilakukan terus menerus oleh guru tanpa ada kesadaran bahwa yang dilakukan itu sebenarnya salah. Kebiasaan salah tersebut menurut Sidi (2001:112) adalah pelajaran praktek dasar tidak diajarkan sesuai prinsip dasar yang benar, membiarkan siswa menghasilkan mutu hasil kerja asal jadi, membiarkan siswa bekerja tanpa bimbingan dan pengawasan, dan membiarkan siswa bekerja tanpa memperhatikan keselamatan kerja.
Posting Komentar untuk "hubungan antara penguasaan materi dengan kemampuan mengajar"
jika ada masalah dan sesuatu tampilkan di forum ini , saran dan kritik juga boleh , terima kasih sudah berkomentar.