Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

pendudukan jepang di indonesia

Pendudukan Jepang di Indonesia memengaruhi di berbagai bidang kehidupan,
yakni di bidang politik, ekonomi, militer, sosial budaya.

Bidang Politik
Pada masa pendudukan Jepang kegiatan politik dilarang keras dengan adanya larangan berkumpul dan berserikat. Semua oraganisasi Pergerakan Nasional yang didirikan rakyat dibubarkan kecuali terhadap golongan Islam Nasionalis masih
diberikan kelonggaran. Upaya Jepang dalam memperkuat kedudukannya di Indonesia selain merubah sistem pemerintahannya, yakni dengan sistem pemerintahan militer juga dengan mendekati kaum nasionalis Islam, kaum nasionalis sekuler maupun golonmgan pemuda.

Terhadap golongan nasionalis Islam Jepang tetap mengijinkan berdirinya organisasi MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) yang didirikan oleh K.H. Mas Mansur dan kawan- kawan di Surabaya pada tahun 1937 pada jaman pemerintahan Hindia
Belanda. Organisasi ini diijinkan tetap berdiri dengan permintaan agar umat Islam tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat politik.
Jepang melakukan propaganda yang intensif untuk menyakinkan rakyat Indonesia bahwa bangsa Jepang adalah saudara tua seperjuangan melawan Barat. Namun kenyataannya semua tindakan dan perlakukan menimbulkan penderitaan rakyat Indonesia. Politik Jepang untuk mengatur ekonomi masyarakat terwujud dalam politik penyerahan padi secara paksa yang berakibat kemiskinan endemis, menurunnya derajat kesehatan, dan meningkatnya angka kematian serta berbagai penderitaan fisik dalam pengerahan tenaga kerja romusa , perekrutan pemuda dan masyarakat desa dalam latihan kemiliteran untuk kemenangan perang Asia Timur Raya.

Pada awal pendudukan Jepang , mengambil dua langkah penting , yaitu pertama menstabilkan kondisi ekonomi yang terlihat dari upayanya untuk menguasai inflasi ekonomi dengan menetapkan patokan harga bagi sebagian besar barang dan menangani dengan keras penimbun barang. Kedua Jepang mengeluarkan aturan produk hukum baru sesuai dengan kepentingan pendudukan Jepang di Indonesia. Selama pendudukan Jepang mengekang berbagai organisasi di Indonesia. Dengan kaum nasionalis diadakan kerjasama dengan tujuan bersatu dan berdiri sepenuhnya dibelakang Jepang serta memperlancar pekerjaan pemerintahan militer. Jepang menyuruh kaum nasionalis untuk turut aktif didalam pemerintahan Gunsei. Dalam pemerintahan Gusei ini muncul tokoh seperti Ir. Soekarno.

Bidang Ekonomi

Untuk memenuhi kebutuhan perang Jepang dan industrinya, maka Jepang melakukan eksploitasi terhadap sumber kekayaan alam Indonesia. Hal ini berupa eksploitasi dibidang hasil pertanian, perkebunan, hutan, bahan Tambang, dan lain-lain.

Bidang Sosial Budaya

Dibidang sosial, kehadiran Jepang selain membuat rakyat menderita kemiskinan karena kekurangan sumber daya alam, hal lain juga terjadi yang berupa pemanfaatan sumber daya manusia. Pengerahan tenaga manusia untuk melakukan kerja paksa (Romusha) serta dilibatkannya para pemuda untuk masuk dalam organisasi militer maupun semi militer. Dibidang budaya terjadi keharusan menggunakan bahasa Jepang di samping bahasa Indonesia. Rakyat juga diharuskan membungkukkan badan kearah timur sebagai tanda hormat kepada kaisar di Jepang pada setiap pagi hari (Seikerei).

Dampak pendudukan Jepang di Indonesia adalah sebagai berikut.

• Keuntungan:

Kesempatan bagi bangsa Indonesia untuk menjadi birokrat.
Bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa pengantar dalam dunia pendidikan.
Status sosial pribumi mengalami kenaikan.
Adanya kesempatan bagi rakyat Indonesia untuk memperoleh pendidikan / bersekolah.
Dengan berdirinya PETA, para pemuda dapat memperoleh pendidikan militer dan penanaman jiwa nasionalis.
dsb.

• Kerugian :

Semua organisasi politik dilarang untuk beraktivitas.
Kesengsaraan rakyat karena adanya Romusha.
Kontrol media cetak dan elektronik yang kuat.
Alam Indonesia diekspoitasi secara besar-besaran.
Banyak para pejuang yang dihukum mati.
Pemerintahan Jepang yang kejam karena berbau fascis (adanya polisi militer yang kejam)
Banyak wanita Indonesia yang dijadikan Jogunianfu.
dsb.

Perlawanan Rakyat Terhadap Pendudukan Jepang
Karena Jepang hanya mengeluarkan janji-janji kosong , mensenggarakan rakyat, menghisap tenaga rakyat untuk kepentingan perang, dan menguras habis kekayaan rakyat Indonesia. Banyak rakyat yang tidak tahan lagi menghadapi kesengsaraan melakukan pemberontakan .
 Pemberontakan Cot Pilieng , Aceh
Seorang guru mengaji dan ulama muda bernama Tengku Abdul Djalil pada tanggal 10 Nopember 1942 memimpin rakyat Aceh melayan Jepang. Dengan bersenjatakan pedang , rencong dan kelewang rakyat dapat memukul mundur pasukan Jepang sehingga mereka terpaksa kembali ke Lhokseumawe. Serangan kedua Jepang juga dapat dipukul mundur rakyat Aceh dibawah Tengku Abdul Djalil.

  •  Pemberontakan Rakyat Singaparna

Pemberontakan yang dipimpin K.H Zainal Mustafa , seorang pemimpin pesantren di Sukamanah Singaparna Tasikmalaya Jawa Barat. K.H Zainal Mustafa bertekat untuk melawan Jepang karena tidak tahan lagi melihat kehidupan rakyatnya yang sengsara. Peristiwa ini terjadi pada tanggal 25 Februari 1944 setelah sholat Jumat. Dalam pertempuran antara pasukan Zainal Mustafa dengan tentara Jepang banyak tentara Jepang yang terluka dan tewas , namun banyak juga rakyat yang gugur setelah mengadakan perlawanan dengan gigih melawan Jepang. Zainal Mustafa ditangkap selanjutnya dimasukkan tahanan , kemudian di pindahkan ke Jakarta. Zainal Mustafa dihukum mati dan dimakamkan di Ancol. Saat ini makamnya telah dipindahkan ke daerah asalnya di tengah-tengah rakyat yang telah dibelanya dengan taruhan nyawa.
  •  Pemberontakan rakyat Indramayu

Pada bulan Juli 1944 rakyat Indramayu juga memberontak terhadap Jepang. Rakyat Lohbener dan Sindang Indramayu Jawa Barat memberontak kepada Jepang karena mereka tidak tahan lagi dengan perlakuan yang kejam dari Jepang.

  •  Pemberontakan Teuku Hamid

 , pada bulan Nopember 1944 di Aceh meletus pemberontakan dengan Jepang lagi. Dalam pemberontakan tersebut banyak rakyat yang menjadi korban , karena hamper semua yang tertawan dibunuh oleh Jepang.

  •  Pemberontakan Peta Blitar.

Pada tanggal 14 Februari 1945 di Blitar seorang Syodanco (komandan peleton) Peta bernama Supriyadi memimpin suatu pemberontakan melawan Jepang. Pemberontakan ini timbul karena anggota Peta sudah tidak tahan lagi melihat kesengsaraan rakyat. Banyak romusa yang meninggal selama dipekerjakan didaerah mereka. Sayang sekali pemberontakan terbesar pada zaman Jepang ini mengalami kegagalan karena persiapannya belum matang. Pemberontakan Supriyadi (Peta di Blitar ) telah gagal tetapi membawa pengaruh sangat besar terutama pada semangat kemerdekaan rakyat Indonesia terhadap penindasan bangsa asing.

Pembentukan Organisasi Semi Militer dan Militer
Kedudukan Jepang dalam Perang Pasifik pada tahun 1943 sudah berubah. Jepang yang awalnya ofensif kemudian berubah menjadi defensif. Jepang menyadari bahwa untuk mempertahankan pendudukannya harus memerlukan dukungan dari penduduk yang didudukinya. Pada tanggal 9 Maret 1943, dibentuk Seinendan (Barisan Pemuda), Tujuannya ialah untuk mendidik dan melatih para pemuda untuk dapat mempertahankan tanah airnya dengan kekuatan sendiri. Tetapi tujuan sebenarnya ialah mempersiapkan para pemuda Indonesia membantu Jepang menghadapi serbuan Sekutu. Bulan Agustus 1943, dibentuk Fujinkai (Himpunan Wanita).

dipublikasikan oleh +Rinal Purba

lihat video terkait ;

Posting Komentar untuk "pendudukan jepang di indonesia"